Ada Teknologi Blue Core, Yamaha: Motor Kami Mirip LCGC

Ada Teknologi Blue Core, Yamaha: Motor Kami Mirip LCGC
Ada Teknologi Blue Core, Yamaha: Motor Kami Mirip LCGC
Sepang -Dua motor yang baru saja diluncurkan oleh Yamaha, NVX dan Aerox dibekali mesin dengan desain teknologi terbaru dari Blue Core. Yamaha mengatakan teknologi tersebut membuat motor mirip dengan mobil di kelas Low Cost Green Car (LCGC).

"Motor kami seperti LCGC ada benarnya juga. Teknologi green (ramah lingkungan) kami dapat dari Blue Core yang memiliki beberapa fungsi seperti idling stop," ujar Presiden Direktur PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing, Minoru Morimoto di Sirkuit Internasional Sepang, Malaysia, Minggu (30/10/2016).

Namun terkait soal harga, Morimoto menjelaskan terdapat kendala untuk membuat motor menjadi 'Low Cost'. Hal itu disebabkan oleh kondisi perekonomian di Indonesia yang membuat ongkos produksi cenderung lebih mahal. Sebab, biaya beberapa material yang diimpor menjadi lebih mahal.

"Kami mencoba membuat harga yang terjangkau bagi konsumen. Tapi sayangnya nilai tukar rupiah saat ini sedang sulit. Jadi pengaruh ke harga bahan impor. Kami bekerja keras untuk hal itu," kata Morimoto.

Dua skutik sport anyar Yamaha yakni NVX dan Aerox dibekali dengan teknologi Blue Core desain terbaru liquid cooled 4-stroke SOHC 4-valve engine. Teknologi tersebut membuat pembakaran lebih sempurna sehingga lebih ramah lingkungan serta torsi lebih kuat di kecepatan rendah dan bertenaga di kecepatan tinggi
detik.com

Yamaha Pikirkan Jual Motor dengan Tanda Tangan Valentino Rossi

Yamaha Pikirkan Jual Motor dengan Tanda Tangan Valentino Rossi
Yamaha Pikirkan  Jual Motor dengan Tanda Tangan Valentino Rossi
Sepang -Dalam peluncuran Yamaha NVX dan Aerox 155 di Sepang, Malaysia, pebalap MotoGP dari Valentino Rossi membubuhkan tandatangannya di bodi skutik sport. Apakah nantinya Yamaha bakal menjual motor tersebut kepada konsumen?

Saat ditanya hal tersebut kepada Presiden Direktur PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing Minoru Morimoto, ia mengatakan bahwa motor yang ditandatangani oleh Rossi dalam peluncuran tidak dijual. Sebab, motor tersebut hanyalah prototipe.

"Motor yang ditandatangani Rossi tadi tidak kami jual. Itu hanya prototipe," ujar Morimoto di Sirkuit Sepang Internasional, Malaysia, Minggu (30/10/2016).

Namun Morimoto tak menutup peluang hal tersebut menjadi sebagai suatu bisnis di kemudian hari. Melihat sosok Rossi yang fenomenal serta memiliki banyak penggemar, bukan tak mungkin jika di kemudian hari Yamaha meluncurkan edisi spesial motor bertandatangan khusus tersebut.

Tentunya, sejumlah aspek juga ditinjau dari segi estetika serta keinginan konsumen. "Itu ide yang bagus dan menarik. Tapi saat ini kami belum akan meluncurkan motor dengan versi tersebut. Kami akan pelajari terlebih dahulu," ucap Morimoto.

Yamaha NVX dan Aerox yang diluncurkan di sela-sela perhelatan MotoGP Malaysia 2016 merupakan model yang sama. Hanya berbeda nama dan pasar saja. Yamaha NVX dijual untuk pasar Vietnam serta Malaysia, sementara Aerox dijual untuk Indonesia dan Thailand.

Di Indonesia, skutik berkapasitas 155 cc itu akan memasuki tahap produksi pada awal 2017 mendatang. Terkait harga dan spesifikasi, pihak Yamaha belum membeberkan lebih lanjut.

Soal Rossi vs Marquez di Sepang 2015, Jarvis: Itu Salah Rossi

Soal Rossi vs Marquez di Sepang 2015, Jarvis: Itu Salah Rossi
Soal Rossi vs Marquez di Sepang 2015, Jarvis: Itu Salah Rossi
Sepang - Setahun berlalu sejak duel hebat Valentino Rossi dan Marc Marquez. Kembali ke Sirkuit Sepang, manajer tim Yamaha bercerita banyak soal pandangannya atas peristiwa itu.

MotoGP Malaysia 2015 menjadi puncak dari persaingan sengit Marquez dengan Rossi. Sebelum 'meledak' di atas lintasan, percikan api sudah lebih dulu muncul saat Rossi menyebut ada konspirasi dari Marquez untuk mendukung Jorge Lorenzo menjadi juara.

Sebagaimana sejarah kemudian tercatat, Rossi dan Marquez terlibat persaingan sengit di trek Sirkuit Sepang. Persaingan yang berakhir dengan Marquez terjatuh setelah bersenggolan dengan The Doctor

Rossi dinyatakan bersalah atas kejadian itu, dia dapat hukuman yang berujung keharusan memulai balapan dari posisi paling belakang pada balapan pamungkas, yang sekaligus penentu perebutan gelar juara dunia, di Valencia. Meski tampil luar biasa, Rossi pada akhirnya harus mengaku kalah dari Lorenzo.

"2015 menjadi semakin rumit saat Valentino bilang bahwa balapan di Australia sudah dimanipulasi, dan setelah konferensi pers di Malaysia semuanya berubah," ucap Manajer Tim Yamaha, Lin Jarvis dalam wawancaranya dengan La Gazzetta dello Sport, dikutip dari situs resmi MotoGP.


"Saya ingin Rossi tidak banyak bicara atau tidak berbicara sama sekali soal itu. Para pebalap seharusnya lebih berdiam. Menurut saya, mengatakan sesuatu sesuai dengan apa yang Anda pikirkan tak selalu jadi ide yang bagus. Itu juga berlaku pada Valentino dan Jorge. Jika Rossi tidak terlalu keras (menuding) Marquez pada konferensi pers di Sepang, saya yakin reaksi Marquez tidak akan sebesar itu. Itu kesalahan Valentino," paparnya.

Jarvis menilai Rossi bisa merebut titel juara dunia di musim 2015 andai dia bisa lebih tenang menghadapi situasi itu. Rossi disebutnya sangat menguasai teknik 'perang urat syaraf' dengan pebalap lain, sayangnya itu tidak dia lakukan dalam rangkaian peristiwa tersebut.

"Valentino bisa saja menjadi juara jika dia tetap diam, tapi sebaliknya, situasi itu meledak. Mereka para pebalap - tidak sabar dan emosional - dan Anda tidak bisa mengontrol mereka, hanya memberi saran. Valentino bisa menghadapi masalah itu dengan cara yang berbeda dan mungkin Sepang dan kejuaraan dunia akan berakhir dengan hasil berbeda. Jorge memainkan perannya, merasa diserang oleh Valentino."

"Valentino selalu menjadi jagonya dalam perang psikologi. Tapi saat Anda mendapati diri Anda berada dalam situasi berhadapan dengan seseorang yang sangat mirip - mungkin itu tidak bekerja dengan baik, atau mungkin itu menghasilkan reaksi berbeda dari yang Anda harapkan. Saya masih berpikir kalau Rossi menangani situasi itu dengan cara berbeda, hasil akhir kejuaraan dunia akan berbeda," tuntasnya. 

Sudah Resmi, SIM C Tak Bisa Dipakai untuk Semua Jenis Motor


Jakarta -Korlantas Polri mengeluarkan peraturan baru terkait Surat Izin Mengemudi (SIM) untuk pengendara motor (SIM C). Kini, tidak semua pemilik motor mengantongi SIM C.

"Informasi dari Korlantas Polri, ada peraturan baru. Jadi untuk SIM C tidak bisa digunakan untuk semua motor mulai Mei 2016," ujar Dirlantas Polda Metro Jaya Kombes Risyapudin Nursin kepada detikcom, Minggu (9/1/2016).

Aturan tersebut tertuang dalam Surat Pembaruan bernomor ST/2653/XII/2015. Dalam surat tersebut, ada dua keputusan mengenai klasifikasi SIM C dan juga batas waktu perpanjangan SIM.

"Aturan penggolongan SIM C yang baru mulai berlaku 1 Mei 2016," katanya.

Adapun, pengelompokan SIM C kini dibagi 3 golongan yakni SIM C (polos), SIM C1 dan SIM C2. 3 Golongan SIM C itu diklasifikasikan berdasarkan kapasitas mesin motor (CC).

"Nantinya SIM C akan terdiri dari tiga jenis, yakni C, C1, dan C2. Rencana tersebut akan direalisasikan pada triwulan pertama 2016. Paling telat April 2016," lanjutnya.

Tiga golongan SIM C tersebut adalah sebagai berikut:
SIM C: untuk sepeda motor berkapasitas mesin kurang dari 250 CC
SIM C1: untuk sepeda motor berkapasitas 250-500 CC
SIM C2: untuk sepeda motor berkapasitas mesin 500 CC ke atas.

"Penggantian SIM C dengan golongan baru akan dimulai serentak Februari - April 2016," imbuhnya.

Selain soal pengklasifikasian SIM C, Korlantas Polri juga mengeluarkan aturan soal batas waktu perpanjangan SIM. Berlaku mulai 1 Januari 2016, perpanjangan SIM tidak boleh melewati batas sampai 14 hari sebelum masa berlaku SIM habis.

"Berlaku mulai 1 Januari 2016, perpanjangan SIM dapat dilaksanakan sebelum habis masa berlakunya dengan tenggang waktu 14 hari sebelum tanggal habis masa berlaku," katanya.

Sementara, untuk pemegang SIM yang masa berlakunya telah habis, dapat diperpanjang lagi tidak melebihi batas waktu 3 bulan sejak tanggal habis masa berlakunya.

"Lewat dari 3 bulan harus membuat seperti prosedur baru," imbuhnya.

Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) berharap hal ini disosialisasikan terlebih dahulu agar tidak jadi bahan penyimpangan petugas di lapangan.

"Harus disosialisasikan betul-betul dan apakah sudah sesuai dengan undang-undang atau tidak, agar tidak menjadi bahan penyimpangan petugas di lapangan," kata Komisioner Kompolnal Edi Hasibuan.

Menurut Edi, tidak semua masyarakat tahu berapa kapasitas mesin motor yang mereka miliki. Di samping itu, Polri juga harus jelas apakah dengan adanya pengolongan tersebut biaya pembuatan SIM C1 dan C2 juga sama dengan SIM C atau tidak.

"C1 kan untuk 250-500 CC dan C2 untuk 500 CC ke atas, itu kan motor-motor gede harus dibedakan dengan SIM C polos, nah ini kan yang belum jelas berapa biayanya," jelasnya.

Edi berharap, dengan adanya penggolongan SIM untuk motor ini tidak merepotkan masyarakat. "Jangan sampai memberatkan masyarakat," cetusnya.

Namun, penggolongan SIM C ini dianggap pengamat kepolisian, Indonesia Police Watch (IPW) belum memenuhi aspek legalitas.

"Peraturan baru itu tidak mempunyai kekuatan hukum. Sebab soal SIM ini sudah diatur dalam UU LLAJ," kata Ketua Presidium IPW Netta S Pane.

Menurut Netta, aturan baru tersebut dikhawatirkan menimbulkan prokontra. Semestinya, Polri merevisi UU LLAJ terlebih dahulu sebelum mengeluarkan aturan tersebut.

"Jadi peraturan itu akan menjadi masalah baru. Jika memang hendak membuat aturan seharusnya Polri segera merevisi UU LLAJ," ujarnya.

Di samping itu, Netta juga menyoroti proses pengurusan SIM yang belum bersih dari praktik percaloan.

"Selama ini pengurusan SIM sendiri masih rawan percaloan. Jika penggolongan dilakukan dipastikan objek percaloan oleh oknum polisi makin marak," ungkapnya.

Netta melanjutkan, yang lebih penting sekarang bukan membuat penggolongan SIM C. Ia mendorong Polri lebih baik untuk memberlakukan SIM dengan masa berlaku seumur hidup.